MENU BAR

Jumat, 20 Juni 2014

MENGGAPAI PETUNJUK / HIDAYAH ALLOH



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Menggapai Petunjuk / Hidayah Alloh
Secara rohani, petunjuk Alloh swt (hidayah) dapat dipandang sebagai pangkal dari semua kebaikan. Manusia tidak mungkin menggapai kebaikan-kebaikan dalam hidupnya tanpa petunjuk dari Allah. Firman-Nya, ''Robb kami adalah Allah yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kepadanya, kemudian memberinya petunjuk.'' (Qs 20 : 50).
Menurut ulama besar Syekh Muhammad Abduh, petunjuk Allah itu mencakup empat macam, yaitu petunjuk instink atau naluri (hidayat al-wujdan), petunjuk pancaindera (hidayat al-hawas), petunjuk akal pikiran (hidayat al-'aql), dan petunjuk agama (hidayat al-din). Tanpa keempat macam petunjuk di atas, manusia tentu tidak mungkin bisa hidup dan membangun kehidupannya dengan baik di muka bumi. Rasyid Ridha, murid Syekh Muhammad  Abduh, menambahkan satu bentuk hidayah yang lain lagi yang dinamakan 'inayah atau ma'unatullah, yaitu pitulung dari Allah SWT. 'Inayah adalah bantuan Allah kepada manusia, sehingga yang bersangkutan mampu mencapai cita-citanya dan mampu membangun kehidupannya dengan baik. Hidayah dalam bentuk ini tidak dapat diberikan oleh siapa pun juga, kecuali oleh Allah SWT sendiri.

Dilihat dari segi tingkatannya, hidayah itu menurut Imam al Ghazali ada tiga macam.

Pertama
Berupa kemampuan mengenal dan membedakan kebaikan dan keburukan. Kemampuan ini sesungguhnya diberikan oleh Allah kepada semua manusia baik melalui kecerdasan intelektualnya maupun melalui informasi dari para Nabi dan Rasul Allah. Kaum Tsamud dan juga kaum 'Ad pada mulanya telah diberikan hidayah oleh Allah dalam bentuk ini, tetapi mereka lebih suka memilih kesesatan daripada petunjuk Alloh. Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan. (Qs 41 : 17).

Kedua
Berupa peningkatan kualitas hidup manusia yang terus membaik dari waktu ke waktu. Kualitas hidup itu meliputi kualitas iman, kualitas ilmu, dan kualitas kerja. Menurut Imam al-Ghazali, inilah hidayah seperti yang tersebut dalam ayat ini: ''Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.'' (Qs 47 : 17).

Ketiga
Berupa pencerahan jiwa atau semacam spiritual enlightenment. Orang yang memperoleh hidayah dalam bentuk ini mencapai tingkat kesempurnaan dan kematangan jiwa (kamalat nafsiyah). Pikiran dan jiwanya menjadi terang, bahkan seluruh hidupnya menjadi terang benderang karena pencahayaan Ilahi yang tidak pernah putus.

Bagi Imam al-Ghazali, inilah tingkatan hidayah dalam bentuknya yang paling tinggi. ''Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Robnya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata''. (Qs 39: 22).

Hidayah seperti terlihat di atas sungguh penting dan amat menentukan kualitas hidup manusia. Oleh sebab itu, kaum Muslim diperintahkan agar mencari dan menggapai petunjuk Allah itu. Setidak-tidaknya, 17 kali dalam sehari semalam, mereka harus membaca doa ini: ''(Ya Allah), tunjukkan kami ke jalan-(Mu) yang lurus.'' (Qs 2 : 6). Tanpa petunjuk-Nya, kita bisa sesat jalan dan terjerembab ke jurang nestapa. Na'udzubillah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar