MENU BAR

Sabtu, 26 Juli 2014

AL IMAN.



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

AL IMAN

Pengertian
          Secara Bahasa ( لُغَةً ).
                Aman, sentosa, yakin, percaya
          Secara Istilah ( إصْطِلاَحًا )
                ”Iman itu adalah meyakini dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan...”
                ”Iman itu bukanlah sebuah angan-angan akan tetapi adalah apa yang tetap di dalam hati dan dibenarkan dengan amal perbuatan”
          Lawan kata Iman adalah Kufur.
                Q.S. 8/4 : Mumin haq ( orang beriman yang sebenarnya)
                Q.S. 4/151 : Kafir haq ( kafir yang sebenarnya ).
Iman itu fluktuatif, bertambah dan berkurang (naik/ turun)
          ”Iman itu bisa bertambah dan berkurang, bertambahnya iman itu dengan ketaatan (kepada Allah) dan berkurangnya iman itu dengan kemaksiatan kepada Allah SWT.”
          Q.S. 9/124 : Al-Qur’an menjadi inspirasi bertambahnya Iman.
          Q.S. 8/2 : Begitu pula jika di bacakan ayat-ayat Allah.
          Q.S. 48/4 : Dengan “Sakinah” Allah SWT akan menambahkan keimanan
Ciri dan Krakteristik Orang Beriman
          Q.S. 8/2-4 : Jika disebut nama Allah hatinya bergetar, dibacakan ayat Allah bertambah imannya.
          Q.S 23/1-11 shalatnya khusu,
          Q.S. 4/136 : Perintah untuk beriman.
          Q.S. 9/44-45 : Tidak meminta izin untuk tidak ikut berjihad.
          Q.S. 2/165 : lebih cinta kepada Allah.
          Q.S. 6/82 : Tidak mencampur adukkan keimanan dengan kebatilan. Q.S. 2/42 : Larangan mencampur adukkan keimanan dengan kebatilan.
          Q.S. 24/30-31 : Menundukkan pandangan dan selalu menutup aurot. Q.S.33/59.
          Q.S. 49/14-15 : Tidak ragu-ragu dengan imannya, serta berjihad di jalan Allah.
          Q.S. 49/10 : Bersaudara dan selalu memperbaiki hubungan.
          Q.S. 24/51 : Jawabannya hanya mendengar dan ta’at kepada perintah Allah dan Rosul-Nya. Penjelasan Q.S.2/93.
          Q.S. 33/36 : Tidak ada tawar menawar pada ketetapan Allah.
          Q.S. 4/65 : Selalu berhukum kepada hukum Allah dan Rosul-Nya.
          Q.S. 48/29 : Keras terhadap kekafiran dan berkasih sayang terhadap sesama.
          Q.S. 58/22 : Tidak berkasih sayang kepada orang yang membenci Allah dan Rosul.
          Q.S.8/74 : Beriman, berhijroh dan berjihad serta menolong sesama muslim.
          Q.S. 32/15-16 : Tunduk kepada Allah, tidak sombong dan lambung mereka jauh dari tempat tidur.
          Q.S. 9/113-114 : Tidak mendo’akan orang musyrik.
          Q.S. 9/84 : tidak menyolatkan jenazah mereka.
          Q.S. 28/56 : Kamu tidak akan mampu memberi hidayah kepada orang yang di kasihi.
          Q.S. 19/41-48 : Kisah nabi Ibrohim bersama bapaknya.
          Q.S. 41/30 : Tidak takut, tidak sedih selalu bergembira.
          Q.S.3/139 : Paling tinggi derajatnya.
          Q.S. 2/221 : Tidak akan menikahi orang musyrik. Q.S. 24/3.
          Q.S. 32/2-11 : ciri orang beriman.
          Q.S. 25/63-67 : ciri hamba Allah.
Konsekwensi Iman
          Qs. 29/2-3, 2/214,155 3/155 mendapat ujian
          Qs. 8/30 selalu mendapat tipu daya dari musuh-musuhnya
          Qs. 8/72, 2/218 Siap dan melaksanakan hijrah
          Qs. 103/2-3         saling menaseheti untuk kebenaran dan kesabaran
          Qs. 3/28, 4/144 tidak menjadikan orang diluar kalangan (non mu’min) sebagai wali
Keistimewaan orang beriman.
          Diturunkan  berkah dari langit dan bumi. Q.S. 7/96.
          Dijadikan Kholifah. Q.S. 24/55.
          Mendapat pertolongan Allah. Q.S.30/47.
          Mendapat pembelaan dari Allah. Q.S. 22/38.
          Mendapat kemenangan / keberuntungan. Q.S.23/1.
          Mendapat bantuan dari para malaikat-Nya. Q.S. 41/30. contoh : Q.S. 8/9-10, 3/121-126.
          Dijanjikan Surga oleh Allah SWT. Q.S.9/72.
          Allah hanya akan melakukan perniagaan kepada orang beriman. Q.S. 61/10-13, 9/122.
          Allah hanya akan ridho kepada orang beriman (khususnya yang berjanji setia). Q.S. 48/18.
Bukti Iman
          Yaqin di dalam hati ( عَقْدٌ بِالْقَلْبِِ  ). Q.S.16/106.
          Mengikrarkan dengan lisan. ( إِقْرَارٌ بِاللِّسَانِ ). Q.S. 36/24-25, 3/52-53, 10/90.
          Mengamalkan dengan anggota badan. ( عَمَلٌ بِالأرْكَانِ ). Q.S. 3/81, 61/14.
Bukti-bukti keimanan  dalam sejarah;
          Abu Jahal : tidak yakin, tidak ikrar dan tidak amal. Q.S. 96/6-19.
          Abu Tholib : yakin, tidak ikrar, amal (membela Rosul). Q.S. 28/56.
          Abdulloh bin Ubay bin Salul : tidak yakin, ikrar tapi tidak amal. Q.S. 4/140-143.
          Abu Bakar Ash-Shiddiq : Q.S. 9/40, 92/17-21
 

000000000000000000000000000000000000

 TAUHID RUBUBIYAH, MULKIYAH DAN ULUHIYAH
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه “Ayat satu sampai tiga dari surat An-Nas, yaitu Qul A’udzu birabbinnas, malikinnas, ilaahinnas, menegaskan tiga aspek ketauhidan yang paling fundamental, yaitu Tauhid Rububiyyah, Mulkiyyah, dan Uluhiyyah”.

Tauhid Rububiyyah
terambil dari kalimat Rabbinnas. Maknanya, yakin hanya Allah satu-satunya yang Maha Pencipta, Pemilik, Pengendali alam raya, dan dengan kekuasaan-Nya Ia menghidupkan dan mematikan.

Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rizki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu ( kembali )… ( Q.S. Ar-Rum 30 : 40 )

Tauhid Mulkiyyah terambil dari kalimat Malikinnas. Maknanya, yakin hanya Allah swt. raja atau penguasa yang sesungguhnya, penguasa yang paling berhak menentukan aturan hidup. Aturan hidup-Nya termaktub dalam Al Qur’an dan sunah Rasul. Jadi, kalau kita mau mempelajari dan mengamalkan aturan hidup itu, berarti kita telah melaksanakan Tauhid Mulkiyyah.
Allah swt. mengecam orang-orang yang tidak mengimplementasikan Tauhid Mulkiyyah dalam kehidupannya, “Apakah hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan ( hukum ) siapakah yang lebih baik daripada ( hukum ) Allah bagi orang-orang yang yakin?” ( Q.S. Al Maidah 5: 50)

Yang dimaksud hukum jahiliyyah adalah aturan hidup atau hukum produk manusia yang berseberangan atau bertentangan dengan nilai-nilai Qur’ani. Misalnya, saat pembagian waris kita lebih suka menggunakan hukum waris adat ketimbang hukum waris Islam, padahal hukum waris adat banyak yang bertentangan dengan ajaran Islam. Ini kan pelanggaran terhadap tauhid mulkiyyah.

Adapun hukum atau aturan buatan manusia yang tidak bertentangan atau sejalan dengan nilai-nilai Islam, tentu tidak disebut hukum jahiliyyah, dan kita pun wajib menaatinya untuk kemashlahatan. Misalnya kita harus menghentikan kendaraan bila lampu merah menyala, aturan ini harus kita taati karena tidak menyalahi aturan Islam dan bermanfaat untuk kemaslahatan. Saat ujian kita tidak boleh nyontek, ini aturan yang wajib ditaati karena senafas dengan ajaran Islam yang menekankan kejujuran dalam segala hal.

Tauhid Uluhiyyah terambil dari kalimat Ilaahinnas. Maknanya, suatu keyakinan bahwa hanya Allah swt. yang paling berhak untuk diibadahi.
“Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepada mereka bahwa tiada Illah selain Aku, maka beribadahlah hanya kepada-Ku.” (Q.S. Al Anbiya 21 : 25)

Kalau kita cermati, sesungguhnya kaum jahiliyyah yang menentang dakwah Rasul memiliki tauhid rububiyyah, mari simak ayat berikut,    “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi serta menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab “Allah”, maka bagaimana mereka ( dapat ) dipalingkan ( dari jalan yang benar ).” ( Q.S. Al-Ankabut 29 : 61 )

Menurut ayat ini, mereka yakin kalau Allah itu yang menciptakan langit dan bumi serta mengatur peredaran alam semesta. Ini indikator tauhid rububiyyah, namun mereka tidak memiliki tauhid uluhiyyah. Orang yang punya tauhid rububiyyah belum tentu memiliki tauhid uluhiyyah.

Mari kita proyeksikan analisis ini pada kehidupan kita. Kalau kita bertanya, “Apa kamu yakin Allah yang menciptakan dan memberi rizki serta kehidupan kepadamu?” Jawabnya, “Ya saya yakin.” Ini adalah tauhid rububiyyah. Tapi kenyataannya, yang disembah bukan Allah, tapi kedudukan dan harta. Artinya, tidak jarang orang meninggalkan shalat karena sibuk rapat, menyogok supaya dapat tender, menghalalkan segala cara demi kedudukan, dll. Kalau sudah begini, berarti yang menjadi Tauhidnya bukan Allah, tapi harta dan kedudukan.

Dahulu, Illah orang-orang jahiliah adalah berhala, dan orang sekarang Illahnya adalah kedudukan dan harta. Ini merupakan gambaran bahwa banyak umat Islam yang memiliki tauhid rububiyyah namun tidak punya tauhid uluhiyyah. Sungguh tragis! Nah, ayat satu sampai tiga dari surat An-Nas mengingatkan bahwa tauhid rububiyyah, mulkiyyah, dan uluhiyyah harus kita miliki seluruhnya agar ketauhidan itu sempurna.

Kesimpulannya, Tauhid Rububiyyah maknanya suatu keyakinan bahwa hanya Allah swt. satu-satunya Yang Maha Pencipta dan Pengatur. Tauhid Mulkiyyah maknanya suatu keyakinan bahwa hanya Allah swt. yang memiliki hak untuk memberikan aturan atau hukum dalam hidup ini, aturan-Nya itu termaktub dalam Al Qur’an dan Sunah. Dan Tauhid Uluhiyyah maknanya suatu keyakinan bahwa hanya Allah swt. yang paling berhak diibadahi dan diberi loyalitas.  Wallahu A’lam

2222222222222222222222222222222222



TAUHIDULLAH

Eksistensi Allah ditinjau dari Fungsionalnya
1.            Muqodimah
          قل أعوذ برب الناس, مالك الناس , اله الناس
Artinya :
Katakanlah aku berlindung kepada (Allah) sebagai Robbnya manusia, Raja
manusia dan sembahan manusia.
                2.            Tauhid Rububiyah
                                2.1          Pengertian Robb
                                                Secara bahasa Robb berasal dari kata :
          رَبَّ  -  يَرُبُّ  -  رَبًّا
                                                Artinya ; mengasuh , memimpin
                                                Istilah Robb dipakai dalam kata-kata keseharian bangsa arab untuk beberapa makna, diantaranya :
          قَدْ رَبَّ فُلاَنٌ قَوْمَهُ
                                                Artinya :
                                                “Sifulan sudah dapat menguasai kaumnya sehingga mereka tunduk kepadanya”.
          أَرَبُّ غَنَمِ أَمْ رَبُّ اِبِل
                                                Artinya :
                                                kamu pemilik kambing atau pemilik  unta?”
                                Pengertian secara terminologis al-qur’an Robb itu mempunyai beberapa makna :
                                a. Predikat Robb sebagai raja, penguasa, tuan atau majikan QS. 12:23,41 & 50
                                b. Predikat Robb sebagai pendidik, pengasuh QS.17:24 / QS.96:3-5
                                c. Predikat Robb sebagai pencipta alam semesta, pengatur QS. 7:54 / 13:1-4 / 50:16
                                d. Predikat Robb sebagai pemberi rizki QS. 2:21-22 / 11:6 / 30:40
                                e. Predikat Robb sebagai Pemilik QS. 106:3-4
2.2          Hakikat Rububiyah
                                2.2.1      Allah sebagai sumber produk hukum
                                                Allah berfirman ;
          اتخذوا أحبارهم ورهبانهم أربابا من دون الله والمسيح ابن مريم وما أمروا إلا ليعبدوا إلها واحدا لا إله إلا هو سبحانه عما يشركون
                Artinya ; “Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (QS.9:31).
Didalam kitab As-shohih disebutkan :”bahwasanya Nabi membaca ayat ini dihadapan Adi bin Hatim Ath-Tha’I r.a, maka ia berkata : “wahai Rosulullah, sungguh kami tidaklah ibadah kepada mereka (orang-orang alim dan rahib). Beliau bertanya :”Tidakkah mereka itu mengharamkan yang telah dihalalkan Allah, lalu kamupun mengharamkannya dan tidakkah mereka menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah lalu kamu menghalalkannya ? Ia berkata “Ya”, Maka nabi saw. Bersabda itulah ibadah (penyembahan) kepada mereka (menjadikan Robb-Robb selain Allah ).(HR. At-Tirmidzi, Ibnu Jarir dan lainnya)[1]
QS. 10:10/ 43:87 / 29:61,63
[1] Kitab Tauhid Dr. Shalih Fauzan bin Abdullah Al-fauzi
f. Al-qur’an sebagai wahyu Allah adalah sumber hukum tertinggi untuk mengatur tata kehidupan manusia QS. 42:10 / 7:2 /6:57,114 QS. 10:36/ 37:6 / 6:116 / 12:40 / 22:62,30:30 / 4:105
g. Sunnatulloh adalah hukum Allah yang mengatur alam semesta.
3.            Tauhid Mulkiyah
                                3.1          Pengertian mulkiyah
                                                Secara bahasa.
                                                Mulkiyah berasal dari kata
                                                مَلَكَ-يَمْلِكُ-مَلْكًا و مُلْكًا-مَلَكَةً مَمْلَكَة
                                                Artinya : memiliki, mempunyai sesuatu
                                                Allah berfirman :
                                                 فتعالى الله الملك الحق لا إله إلا هو رب العرش الكريم           
Artinya : “Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) Arasy yang mulia”(QS. 23:116)
               
»        مالك يوم الدين
                                                Artinya : Yang menguasai hari pembalasan
                                                Bacaan diatas ada dua persepsi:
»        مالك  = ذُوالمِلْكِ   artinya : memiliki 
»        ملك   = ذُوا لمُلْكِ artinya : yang merajai
                                               
Ar-Ragib Al-asfahani berkata kedua qiroat tadi                 sekalipun sama-sama diriwayatkan oleh banyak sahabat rosul, tetapi qiroat yang kedua lebih mengandung makna keagungan, ketakjuban dan              penuh ketakutan kepada Allah[1] [1] Tafsir Al-Marogi jilid 1
3.2          Hakikat Tauhid mulkiyah
                3.2.1      Kedaulatan dan kekuasaan hukum tertinggi secara mutlak hanya di tangan Allah. QS.                                    20:114 / 23: 116 QS. 17:111
                3.2.2      Lembaga Risalah/ nubuwwah atau khilafah adalah perwujudan mulkiyah Allah di muka bumi. Nabi dan Rosul adalah sebagai mandataris Allah untuk kerajaannya di bumi. Maka ibadah kepada Allah harus direalisasikan kepada ketaatan kepada Rosul / Kepemimpinan / Kholifah. QS. 2:30 / 11:61/ 67:1,2 / 3;31 / 4:64,65
                3.3          Sistem dan prosedur (metode mewujudkan mulkiyah Allah dibumi)
                3.3.1      Lahir dan definitifnya lembaga risalah dengan proses mitsaq (sebuah perjanjian / aqad para rosul /nabi dengan maha pemilik otoritas (Kewenanan Allah SWT). QS. 33:7/ 5:7 /42:38
                3.3.2      Lembaga khilafah /imamah sebagai pelanjut estafeta lembaga kepemimpinan risalah yang lahir dan definitifnya berdasarkan sistem dan prosedur syuro as-siasah. QS. 3:144 /42:38/3:159
3.3.3      Metode gerakan untuk membangun khilafah / lembaga risalah dengan pola “Hijrah atau furqon”. QS. 8:72-73 /60:4/73:10 / 4:140 /18:50-51 / 9:20 / 2:218
                4.            Tauhid Uluhiyah
                                4.1 Pengertian Uluhiyah
                                                4.1.1      Secara bahasa berasal dari kata :
        أََلِهَ – يَأْلَهُ – اِلهً
                                                                Artinya : cendrung, condong
                                                                Penggunaan kata أََلِهَ dapat kita jumpai                 dalam kata-kata dibawah ini :
        أَلِهْتُ اِلَى فُلاَن  Aku cendrung kepada si pulan                                                
        أَلِهَ رَجُلُ يَأْلَه  Orang itu mengharapkan seseorang akan menolongnya (karena tertimpa musibah)
        اِلَهُ الفُصَيْلُ بِأُمِّّهِ Anak sapi itu tidak mau pisah dari                induknya.
4.1.2.     Pengertian ilah menurut para ulama
                1. Ibnu Qoyyim Rahimahulloh, Ilah adalah zat yang dipertuhankan dengan sepenuh hati, bahwa dia penuh cinta                 (mahabbah), keagungan (Ijlal), ampunan (Inabah), kemuliaan (ikrom) dan kebesaran (‘adzim). Hal itu harus kita yakini dengan rasa rendah diri, kepasrahan, rasa takut, harapan dan tawakal.
                2. Ibnu Taimiyyah, Ilah adalah zat yang   disembah dan ditaati (معبود المطاع).
                3. Ibnu Rajab, Ilah adalah zat yang harus ditaati dan pantang kita                                                                               memaksiatinya dan harus menganggapnya hebat dan agung dengan penuh rasa cinta,                                   takut dan tawakal kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kita patut berdo’a
4. Zamakhsari, Ilah adalah jenis nama-nama yang terdapat pada sembahan baik yang hak maupun yang batil, tetapi pasti dimenangkan oleh sesembahan yang hak.
4.1.3.     Pendapat jahiliyah tentang ilah.
Pendapat jahiliyah tentang ilah adalah pelindung atau penolong dari segala bahaya dan kesulitan yang                 menimbulkan adanya upacara penyembahan.QS. 19:81/36:74
4.1.4.     Pengertian ilah menurut terminologi al-qur’an
* سَكَنَ اِلَيْهِ ( Merasa tentram kepada-Nya) Qs. 10:7-8, 7:138 * اِسْتِجَارَ بِهِ ( Merasa dilindungi oleh-Nya) QS. 76:6 /1:4 / 36:74-75
* اِشْتاقَ اليه ( Merasa selalu rindu kepada-Nya) QS. 26:71 * وُلِّعَ به ( Merasa cinta dan cendrung kepada- Nya) QS. 2:165 Ibnu Taimiyyah berkata Tauhid inilah (Tauhid uluhiyyah) yang membedakan antara orang- orang yang bertauhid murni dengan orang-     orang musyrik.[1]  [1]  Risalah Hasanah,Ibnu Taimiyyah hal 261
4.2          Hubungan organik ketiga istilah teologis ;
Tauhid Rububiyyah,Tauhid mulkiyah dan tauhid uluhiyyah dalam kerangka operasionalnya secara realitas di dunia dapat kita lihat bagaimana Rosul dan para sahabatnya membangun komunitas tauhid ditengah-tengah kaumnya (wilayah yuridiksi hukum jahiliyyah). Hingga tegaknya khilafah.Dimana Allah dijadikan Robb, malik dan ilah.  Gerakan rosul dalam menegakan tauhid pada periode madaniyah dalam bentuk sosio politik  mentranspormasikan lembaga umat (jamaah) menjadi lembaga negara. Hingga gerakan rosul secara sempurna meraih “Nasrum minallohi wafathun qorib” (futuh) dan islam berdaulat secara utuh, integral dan menyeluruh/konprehensif (kaffah) di dunia. QS.48;6,7, 23,24,