MENU BAR

Senin, 16 November 2015

Anjuran lemah lembut dan bermusyawarah

Anjuran lemah lembut dan bermusyawarah

رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في الأمر فإذا عزمت فتوكل على الله إن الله يحب المتوكلين
maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekat, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal” (QS Ali Imran : 159)
Allah Ta’ala berkata kepada Rasul-Nya mengingatkan akan nikmat-Nya kepada Beliau dan orang-orang mukmin yang lembut hatinya dan baik ucapannya kepada umat yang mengerjakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.
{فبما رحمة من اللّه لنت لهم} (maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka) yaitu dengan sesuatu yang Allah jadikan hatimu lembut kepada mereka, jika bukan berkat rahmat Allah maka kamu tidak akan berbuat demikian.
Qatadah berkata tentang ayat {فبما رحمة من اللّه لنت لهم} bahwa (ما) pada ayat ini adalah (ما) shilah (penghubung). Dalam bahasa arab, terkadang disandingkan dengan isim ma’rifah seperti firman-Nya {فبما نقضهم ميثاقهم} (maka -kami hukum mereka- karena mereka melanggar perjanjian itu), dan terkadang dengan isim nakirah seperti difirman-Nya {عما قليل} (tidak lama lagi), dan demikian juga pada ayat (yang sedang dibahas ini) yaitu firman-Nya {فبما رحمة من اللّه لنت لهم} maksudnya berkat rahmat dari Allah.
Al Hasan Al Bashri berkata mengenai ayat ini: Inilah akhlak Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam utusan Allah.
Ayat yang mulia ini serupa dengan firman-Nya : لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف رحيم} (sungguh, telah datang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyanyang terhadap orang-orang yang beriman), kemudian Allah Ta’ala berkata {ولو كنت فظاً غليظ القلب لانفضوا من حولك} (Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu). Maksud lafadz الفظ dan الغليظ pada ayat tersebut adalah keras dalam perkataan.
Oleh sebab itu Allah berfirman {غليظ القلب} (berhati kasar), yaitu seandainya kamu berkata kasar kepada mereka, maka mereka akan menjauhi dan meninggalkanmu. Pada kenyataannya, Allah mempersatukan kamu dengan mereka, dengan sebab adanya sifat kelembutan pada dirimu yang menjadikan mereka tertarik padamu.
Sebagaimana yang dikatakan ‘Abdullah bin ‘Umar, “sungguh saya melihat sifat Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam pada kitab-kitab terdahulu,bahwasanya beliau tidak keras, tidak juga kasar, tidak berteriak di tempat umum, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan beliau memaafkan.
Demikianlah perkataan Allah {فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في الأمر} (Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyarahlah dengan mereka dalam urusan itu). Karena itu Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam bermusyawarah dengan Shahabat-Shahabatnya dalam suatu urusan jika beliau berbicara agar mereka menerima dengan baik, sehingga pekerjaan mereka akan menjadi lebih giat.
Hal ini sebagaimana Beliau bermusyawarah kepada mereka pada hari Badar tentang kepergian mereka menuju kafilah musuh. Mereka berkata : “Wahai Rasulullah, seandainya Engkau menyeberangi lautan, maka kami akan ikut bersamamu, dan seandainya Engkau menelusuti daratan Barkhil Ghimad, maka kami juga pasti akan bersamamu. Tidak lah kami mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh kaum Musa kepada Musa (“pergilah Engkau berperang (wahai musa) bersama Rabb-mu, dan kami tetap tinggal di sini”). Akan tetapi kami akan mengatakan, “pergilah (wahai Rasulullah), dan kami akan berada di kanan dan di kiri mu untuk ikut berperang bersamamu”.
Beliau juga pernah bermusyawarah dengan mereka mengenai di mana semestinya berkemah (untuk istirahat), hingga akhirnya Mundzir bin ‘Amr mengusulkan untuk pergi saja menyerang musuh.
Beliaupun bermusyawarah ketika Hari Uhud, apakah Beliau tetap tinggal di Madinah, atau pergi menyerang musuh. Pada saat itu kebanyakan mereka mengusulkan untuk berkemah di dekat kaum (musuh).
Dan juga ketika Hari Khandaq tentang masalah Ahzab mengenai penyerahan sepertiga dari harta Madinah, tetapi tidak disetujui oleh dua orang Sa’ad, yaitu Sa’ad bin Mu’adz dan Sa’ad bin ‘Ubadah, sehingga Beliau Sholallahu ‘alaihi wasallam meniggalkan hal tersebut.
Ketika hari Hudaibiyah, Rasulullah bermusyawarah tentang usulan untuk menyerang orang-orang Musyrik, maka berkatalah Abu Bakr AsSiddiq radiyallahu ‘anhu, “kita tidak datang untuk berperang, melainkan kita datang untuk melakukan umrah.” Maka Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam menerima pendapat Abu Bakr tersebut.
Begitulah Rasulullah bermusyawarah meminta pendapat kepada para sahabat beliau tentang perperangan dan selainnya.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas tentang firman Allah {وشاورهم في الأمر} (dan bermusyarahlah dengan mereka dalam urusan itu), ia berkata, “Ayat ini diturunkan tentang Abu Bakr dan ‘Umar, mereka berdua adalah shahabat karib Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam yang membantu perjuangan Beliau, dan bapaknya kaum Muslimin.”
Imam Ahmad Rahimahullah meriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Ghanam bahwa Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Bakr dan ‘Umar, “Seandainya kalian berdua berkumpul untuk bermusyawarah tentang apa yang kalian perselisihkan”.
Ibnu Mardawiyah meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib, bahwa Ali bin Abi Thalib berkata, “Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang Al ‘Azm, maka beliau bersabda, “Bermusyawarah kamu dengan orang yang paham, kemudian ikutilah mereka”.
Dan riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairoh bahwa Nabi Sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Musyawarah itu dapat dipercaya“.
Firman Allah Ta’ala {فإذا عزمت فتوكل على اللّه} (kemudian jika kamu telah membulatkan tekat, maka bertawakkallah kepada Allah), maksudnya jika kamu telah bermusyawarah kepada mereka tentang urusan itu dan membulatkan tekat (terhadap keputusannya), maka bertawakkallah kepada Allah, {إن اللّه يحب المتوكلين} (sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal)
Diterjemahkan dari : Tafsir Ibnu Katsir

Minggu, 15 November 2015

Walaa dan Baraa

الو لاء والبراء
Walaa dan Baraa
Kalimat Laa ilaaha illa Allaah terdiri dari 3 jenis huruf (alif, lam dan ha) serta empat kata (Laa, ilaha, illa, Allah SWT) tetapi mengandung pengertian yang mencakup seluruh ajaran Islam. Keberadaan kata ini adalah walaa, terhadap Allah SWT dan baraa' terhadap selain Allah SWT Bagi muslim sikap ini merupakan sikap hidup yang inti dan warisan para nabi.Penyimpangan dari sikap ini tergolong dosa besar yang tidakdiampuni (syirik). Dengan sikap walaa, dan baraa, seorangmukmin akan selalu mengarahkan dirinya kepada AllahSWT di setiap per‑buatannya. Untuk memahami walaa, dan baraa' ini kita perlu mengkaji unsur‑unsur kalimatnya, sepertiLaa ilaaha, illa dan sebagainya. Kalimat Muhammad Rasulullah merupakan bagian kedua dari syahaadatain. Didalarnnya terkandung suatu pengakuan tentang kerasulan Muhammad Artinya dalam rangka mengamalkan walaa, dan baraa, yang terkandung di dalam Laa ilaaha illa Allaah maka mestimengikuti petunjuk dan jejak langkah Muhammad SAW. Beliau mendapatkan pengesahan Ilahi untuk menunjukkan kebenaran dan melaksanakannya. Maka beliau merupakan teladan pelaksanaan walaa, dan bara'.
1. لآ اله الاّ الله(Tidak Ada Ilah Selain Allah) Jika diurai kalimatnya maka Terdiri dari komponen, yaitu:
A.النّفى-لا(Tidak Ada ‑ Penolakan)
Kata penolakan yang mengandung pengertian menolak semua unsur yang ada di belakang kata tersebut. Inti dakwah para Nabi adalah mengingkari sembahan selain Allah SWT dan hanya menerima Allah SWT saja sebagai satu‑satunya sembahan. Penolakan terhadap segala sesuatu yang bukan dari Allah.
Dalil
Dansesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap‑tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah taghut itu", maka di antara umat itu ada orang‑orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang‑orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi clan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang‑orang yang mendustakan (rasul‑rasul).
Q. 16:36.
B. -المنفىّاله(Sembahan ‑ Yang Ditolak)
Sembahan yaitu kata yang ditolak oleh laa tadi, yaitu segala bentuk sembahan yang bathil. Dua kata ini mengandung pengertian baraa, (berlepas diri).
Bahaya menyimpang dari Tauhid akan mengancarn kehidupan manusia apabila manusia tidak menolak sembahan selain dari Allah. Syirik merupakan dosa yang tidak diampuni dan akan membawa kita ke neraka.
Dosa‑dosa manusia diakibatkan kelalaian memahamimakna tauhid, karena sembahan yang disembahnya bukan Allah
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dariitu, barangsiapa yang dikehendakiNya. Barangsiapamempersekutukan Allah, maka sungguh ia telahberbuat dosa yang besar.
Qs. Al Nisa',4:48
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa sekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Diamengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telahtersesat sejauh‑jauhnya.
Qs. Al Nisa', 4:116
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda," tidak ada hamba yang mengucapkan "Tidak ada tuhan melainkan Allah' Kemudian ia meninggal dengan meyakini bacaan itu kecuali masuk sorga, saya berkata, walaupun dia berzina dan mencuri, Nabi menjawab,"Walaupun dia berzina dan mencuri" Beliau mengatakannya tiga kali. Dan pada kalikeempat, beliau berkata,"Meskipun Abu Dzar tidak menyetujui." Ahmad berkata,"Maka Abu Dzar pergi, sambil menyeret kainnya dan berkata,"meskipun Abu Dzar tidak setuju," "Abu Dzar menceritakan hal itu di kemudian hari, lalu berkata,"Walaupun Abu Dzar tidak setuju". (HRAhmad).
47:19. Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dan bagi (dosa) orang‑orang mukmin, laki‑laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusahadan tempat tinggalmu.
C. الا-الإثباتّ(Kecuali ‑ Peneguhan)
Kata pengecualian yang berarti meneguhkan dan menguatkan kata di belakangnya sebagai satu‑satunya yang tidak ditolak. Peneguhan bahwa Allah sebagai satu‑satunya ilah yang disembah sangat diperlukan untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah.
Dalil
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).
Qs. Al A'raaf, 7:59
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum `Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?"
Qs. Al A'raaf, 7:65
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shaleh. Ia berkata. "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih."
Qsa. Al A'raaf, 7:73