Sehari bersama Rosululloh saw
Sunnah-sunnah kegiatan sehari-hari
"Katakanlah : 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allh,
ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu'. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali 'Imran 3:31)
"...Apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka
terimalah dia dan apa-apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah..."
(QS. Al-Hasyr 59:7)
”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat” (QS Al-Ahzab 33:21)
Rasulullah saw bersabda :
"Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada
Allah, patuh dan ta'at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab
barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan
yang banyak. Karena itu, berpe-gang teguhlah pada sunnahku dan sunnah
khulafa'ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia
se-kuat-kuatnya. Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang di-ada-adakan,
karena semua perkara yang diada-adakan itu ada-lah bid'ah, sedang setiap bid'ah
adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka)." (HR.
Nasa'i dan At-Tirmi-dzi, ia berkata haditshasan shahih).
"Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak
akan ter-sesat apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kita-bullah dan
Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga kedua-nya menghantarku ke telaga
(Surga)." (Di-shahih-kan Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami')
Banyak amalan-amalan sunnah Rasulullah saw yang sudah
terabaikan bahkan tidak diketahui oleh sebagian kaum Muslimin dikarenakan
banyak diantara mereka telah termakan penyakit Wahn (cinta dunia dan takut
mati), ini disebabkan oleh mereka yang sudah tidak lagi menganggap Agama
sebagai pedoman hidup, karena yang mereka miliki hanya hawa nafsu. maka
benarlah apa yang disampaikan oleh Rasulullah tentang gambaran kaum muslimin
pada masa kini, Rasulullah saw bersabda :
"Islam pertama kali muncul sebagai sesuatu yang asing
dan akan kembali asing sebagai pertama kali ia muncul, maka beruntunglah bagi
orang-orang yang asing" (HR. Muslim no. 145 dalam kitab al-limaan)
Dzun Nun al-Mishri berkata : " salah satu tanda
kecintaan seseorang kepada Allah adalah Mutaba'ah (mengikuti) kekasih-Nya dalam
akhlak, perbuatan, perintah dan sunnah-sunnahnya."
Al-Hasan al-Bashri berkata : "Tanda-tanda kecintaan
mereka kepada Allah adalah dengan mengikuti sunnah Rasul-Nya."
Adapun faedahnya mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah saw
adalah :
1. Dengan menerapkan sunnah kita akan sampai kepada derajat
al-Mahabbah (kecintaan) Allah
kepada hamba-Nya yang mukmin.
2. Sebagai pelengkap kekurangan dari pelaksanaan ibadah yang
wajib.
3. Mencegah agar kita tidak jatuh kedalam bid'ah.
4. Sebagai bagian dari pengagungan syi'ar-syi'ar agama
Allah.
berikut adalah sunnah-sunnah yang paling sering kita lakukan
dalam kegiatan sehari-hari :
SUNNAH-SUNNAH KETIKA AKAN TIDUR
1. Berintrospeksi diri
(muhasabah) sesaat sebelum tidur. Sangat dianjurkan sekali bagi setiap muslim
bermuha-sabah (berintrospeksi diri) sesaat sebelum tidur, mengevaluasi segala
perbuatan yang telah ia lakukan di siang hari. Lalu jika ia dapatkan
perbuatannya baik maka hendaknya memuji kepada Allah Subhanahu WaTa’ala dan
jika sebaliknya maka hendaknya segera memohon ampunan-Nya, kembali dan bertobat
kepada-Nya.
2. Tidur dini, berdasarkan
hadits yang bersumber dari `Aisyah Radhiyallahu ‘anha “Bahwasanya Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallamtidur pada awal malam dan bangun pada pengujung
malam, lalu beliau melakukan shalat“.(Muttafaq `alaih)
3. Disunnatkan berwudhu’
sebelum tidur, dan berbaring miring sebelah kanan. Al-Bara’ bin `Azib
Radhiallaahu ‘anhu menuturkan : RasulullahShalallahu’alaihi Wassallam bersabda:
“Apabila kamu akan tidur, maka berwudlu’lah sebagaimana wudlu’ untuk shalat,
kemudian berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan…” Dan tidak mengapa
berbalik kesebelah kiri nantinya.
4. Disunnatkan pula
mengibaskan sperei tiga kali sebelum berbaring, berdasarkan hadits Abu Hurairah
Radhiallaahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda:
“Apabila seorang dari kamu akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah
mengirapkan kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak
tahu apa yang ada di atasnya…” Di dalam satu riwayat dikatakan: “tiga kali”.
(Muttafaq `alaih).
5. Makruh tidur tengkurap. Abu
Dzar Radhiallaahu ‘anhu menuturkan :”Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam pernah
lewat melintasi aku, dikala itu aku sedang berbaring tengkurap. Maka Nabi
membangunkanku dengan kakinya sambil bersabda :”Wahai Junaidab (panggilan Abu
Dzar), sesungguhnya berbaring seperti ini (tengkurap) adalah cara berbaringnya
penghuni neraka“. (H.R. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani).
6. Makruh tidur di atas dak
terbuka, karena di dalam hadits yang bersumber dari `Ali bin Syaiban disebutkan
bahwasanya NabiShalallahu’alaihi Wassallam telah bersabda: “Barangsiapa yang
tidur malam di atas atap rumah yang tidak ada penutupnya, maka hilanglah jaminan
darinya“. (HR. Al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad, dan dinilai shahih oleh
Al-Albani).
7. Menutup pintu, jendela dan
memadamkan api dan lampu sebelum tidur. Dari Jabir Radhiallaahu ‘anhu
diriwayatkan bahwa sesung-guhnya Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam telah
bersabda: “Padamkanlah lampu di malam hari apa bila kamu akan tidur, tutuplah
pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman“.
(Muttafaq’alaih).
8. Membaca ayat Kursi, dua
ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah, Surah Al-Ikhlas dan Al-Mu`awwidzatain
(Al-Falaq dan An-Nas), karena banyak hadits-hadits shahih yang menganjurkan hal
tersebut.
9. Membaca do`a-do`a dan
dzikir yang keterangannya shahih dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam,
seperti : (Allaahumma qinii yauma tab’atsu ‘ibaadaka)”
Ya Allah, peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau
membangkitkan kembali segenap hamba-hamba-Mu“. Dibaca tiga kali.(HR. Abu Dawud
dan di hasankan oleh Al Albani)
10. Dan membaca: Bismika Allahumma Amuutu Wa ahya ”
Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup.”
(HR. Al Bukhari)
11. Apabila di saat tidur merasa kaget atau gelisah
atau merasa ketakutan, maka disunnatkan (dianjurkan) berdo`a dengan do`a
berikut ini : ” A’uudzu bikalimaatillaahit taammati min ghadhabihi Wa syarri
‘ibaadihi, wa min hamazaatisy syayaathiini wa an yahdhuruuna.“
أَعُوْذُ
بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ، وَشَرِّ عِبَادِهِ،
وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَأَنْ يَحْضُرُوْنِ
Aku berlindung dengan Kalimatullah yang sempurna dari
murka-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, dari gangguan syetan dan kehadiran mereka
kepadaku“. (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al Albani)
12. Apabila bermimpi buruk maka hendaknya ia
meludah ke sebelah kirinya tiga kali lalu menukar kedudukan tidurnya dari kiri
ke kanan atau sebaliknya.
Dan hendaknya ia
tidak menceritakan mimpi buruknya tersebut kepada orang lain serta tidak
memikirkannya namun hendaknya ia berdoa dan bertawakkal kepada Allah,
أَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَان
وَسَيِّئاَتِ اْلأَحْلاَمِ
وَسَيِّئاَتِ اْلأَحْلاَمِ
Ya Alloh aku
berlindung kepadaMu dari perbuatan syetan
dan buruknya mimpi
dan buruknya mimpi
sesungguhnya mimpi
buruknya tersebut tidak akan membahayakannya. Adapun jika mimpinya baik maka boleh
ia menceritakannya kepada orang lain.
13. Ketika seorang menguap
hendaknya ia menahannya sekuat tenaga karena jika ia mengucapkan “Ha”,maka syaitan akan menertawainya, berdasarkan hadits dari Abu Hurairah riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam muslim. Atau hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangannya karana syaitan akan masuk, berdasarkan hadith dari Abu Sa’id Al-Khurdiy riwayat Imam Muslim, Imam Abu dawud dan Imam Ahmad
SUNNAH-SUNNAH KETIKA BANGUN TIDUR
1.Mengusap Bekas Tidur Yang Ada Di Wajah Maupun Tangan
Hal ini menurut Imam An-Nawawy dan Al Hafidz Ibnu Hajar
sebagai sesuatu yang dianjurkan berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam
” Artinya : Rasulullah bangun tidur kemudian duduk sambil
mengusap wajahnya dengan tangannya” [Hadits Riwayat Muslim no. 763 ]
2. Hendaknya apabila bangun tidur membaca :“Alhamdu
Lillahilladzii Ahyaanaa ba’da maa Amaatanaa wa ilaihinnusyuuru“
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَحْيَانَا
بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah
kami dimatikan-Nya, dan kepada-Nya lah kami dikembalikan.” (HR. Al-Bukhari)
3.Bersiwak
“Artinya : Adalah Rasulullah apabila bangun malam
membersihkan mulutnya dengan bersiwak [Hadits Riwayat Bukhari no. 245 dan
Muslim no. 255]
Diantara hikmah dari hal tersebut ialah:
a. Diantara keistimewaan bersiwak
ialah menghilangkan rasa ngantuk dan membuat orang merasa segar.
b. Menghilangkan bau mulut.
4. Beristintsaar [Mengeluarkan /Menyemburkan Air Dari Hidung
Sesudah Menghirupnya]
“Artinya : Apabila seorang diantara kalian bangun tidur maka
beristintsaarlah tiga kali karena sesungguhnya syaitan bermalam di batang
hidungnya” [Hadits Riwayat Bukhari no. 3295 dan Muslim no. 238]
5. Mencuci Kedua Tangan Tiga Kali.
Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Artinya : Bila salah seorang diantaramu bangun tidur,
janganlah ia menyelamkan tangannya ke dalam bejana, sebelum ia mencucinya tiga
kali [Hadits Riwayat Bukhari no. 162 dan Muslim no. 278]
Disalin dari kitab Aktsaru Min Alfi Sunnatin Fil Yaum Wal
Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam,
Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki Rachmawan]
SUNNAH-SUNNAH KETIKA KELUAR/MASUK KAMAR MANDI
Sunnah-Sunnahnya Adalah:
[a]. Masuk dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan
[b]. Doa ketika masuk kamar mandi
"Allahumma inni a'udjubika minal khubusi wal
khabais"
اَللّهُمَّ اِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَا إِثِ.
“Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Mu
dari godaan syaitan laki-laki dan perempuan [Hadits Riwayat Bukhari no. 142;
6322 dan Muslim no. 375]
[c]. Doa ketika keluar kamar mandi
غُفْرَانَكَ اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِي اْلأَذَي
وَعَافَنِي
“Artinya : Aku minta ampun kepada-Mu [Hadits Riwayat Seluruh
penyusun sunan kecuali An Nasaa’i] [1]
Rutinitas manusia masuk kamar mandi dalam sehari semalam
merupakan kebiasaan yang terjadi berulang kali dan setiap kali keluar masuk
dari kamar mandi dengan menerapkan sunnah-sunnah tersebut maka ia telah
melaksanakan dua sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallm ketika masuk
(mendahulukan kaki kiri dan berdoa ketika masuk) dan dua sunnah Rasul
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika keluar (mendahulukan kaki kanan dan berdoa
ketika keluar).
Makna dari ‘al-khubusyu wal khabai’syi’” adalah syaitan dari
jenis laki-laki dan perempuan. Berlindunglah kepada Allah dari kejahatan mereka
karena sesungguhnya kamar mandi adalah tempat tinggal mereka
Disalin dari kitab Aktsaru Min Alfi Sunnatin Fil Yaum Wal
Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam,
Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki Rachmawan]
Foote Note.
[1] Hadits Riwayat Abu Dawud no. 39, Ibnu Majah no. 300 dan
At-Tirmidzi no. 7. Dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil no. 52
SUNNAH-SUNNAH MEMAKAI/MELEPAS SANDAL ATAU SEPATU
Sabda Rasulullah saw :
"Apabila seseorang diantara kalian memakai alas kaki
(sandal/sepatu), maka mulailah dengan yang kanan. dan apabila ia hendak
melepaskannya mulailah dengan yang kiri. dan pakailah kedua-duanya atau
lepaskanlah ia" (HR. Muslim no. 2097)
SUNNAH-SUNNAH DALAM BERPAKAIAN
1. Membaca “bismillah” ketika ingin
memakainya atau ingin melepasnya, Imam an Nawawi mengatakan hal ini di
sunnahkan untuk setiap pekerjaan.
2. Ketika Rasulullah saw. Ingin memakai
pakaiannya atau sorbannya maka beliau mengucapkan:
“Allahumma inni as aluka min khairihi wa khairi maa hua lah,
wa a’udzu bika min syarrihi wa syarri maa hua lah”.
Artinya: “ Ya Allah! Aku meminta kepada-Mu kebaikannya
(pakaian ini) dan kebaikan yang tercipta untuknya, dan aku berlindung kepada-Mu
dari keburukannya (pakaian ini) dan keburukan yang tercipta untuknya”.
(HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad dan di shahihkan
oleh Ibn Hibban dan al Haakim dan beliau mengatakan sesuai dengan syaratnya
Imam Muslim dan di setujui oleh Imam ad Zahaby).
3. Memulai dengan sisi kanan ketika
memakainya, sesuai dengan sabda Rasulullah saw. Yang berbunyi:
“ Jika kalian memakai (pakaian) maka mulailah dengan
sisi kanan kalian”.
(HR. Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah dan hadits ini
Shahih).
4. Membuka pakaiannya dan celananya di
mulai sisi kiri kemudian sisi kanan.
Atau
2. Do’a Memakai Baju Baru
Ketika kita memakai baju/pakaian yang baru maka disunnahkan
untuk membaca:
اللَّهُمَّ
لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ
كَسَوْتَنِيْهِ، أَسْأَلُكَ
مِنْ خَيْرِهِ وَخَيْرِ
مَا صُنِعَ لَهُ،
وَأَعُوْذُ بِكَ
مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ
مَا صُنِعَ لَهُ
“Ya Allah, segala puji hanya untuk-Mu. Engkau telah
memakaikan pakaian ini kepadaku. Aku meminta kepada-Mu akan kebaikannya dan
kebaikan yang dibuat untuknya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya
dan kejelekan yang dibuat untuknya.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidziy dan
Al-Baghawiy, lihat Mukhtashar Syamaa`il At-Tirmidziy karya Asy-Syaikh Al-Albaniy
hal.47)
Kita meminta kepada Allah kebaikan pakaian dikarenakan
pakaian itu bisa digunakan sebagai sarana untuk beribadah kepada-Nya.
Sebaliknya kita meminta perlindungan dari kejelekannya karena pakaian itu bisa
menjadi sebab berbuat durhaka kepada-Nya seperti adanya perasaan ‘ujub, sombong
dan sejenisnya.
3. Mendo’akan Orang yang Memakai Baju Baru
Apabila kita melihat orang lain, saudara ataupun teman kita
memakai baju baru, maka disunnahkan bagi kita untuk mendo’akannya. Adapun
do’anya adalah:
تُبْلِي
وَيُخْلِفُ اللهُ
تَعَالَى
“Semoga berumur panjang, dipakai sampai usang dan diganti
dengan yang lebih baik oleh Allah Ta’ala.” (HR. Abu Dawud 4/41, lihat Shahih
Abu Dawud 2/760)
Atau membaca:
اِلْبَسْ
جَدِيْدًا، وَعِشْ
حَمِيْدًا، وَمُتْ
شَهِيْدًا
“Pakailah (pakaian) yang baru, hiduplah dengan terpuji, dan
matilah sebagai orang yang syahid.” (HR. Ibnu Majah 2/1178 dan Al-Baghawiy
12/41, lihat Shahih Ibnu Majah 2/275)
4. Do’a ketika Melepas Baju
Apabila kita melepas baju/pakaian, hendaklah kita membaca:
“Dengan nama Allah Yang tiada Illah
selain Dia.” (HR. At-Tirmidziy 2/505 dan
lainnya, lihat Irwaa`ul Ghaliil no.49 dan Shahiihul Jaami’ 3/203)
SUNNAH-SUNNAH KELUAR/MASUK RUMAH
9. Dzikir Keluar dari Rumah
Apabila kita keluar dari rumah maka disunnahkan untuk
membaca:
بِسْمِ
اللهِ تَوَكَّلْتُ
عَلَى اللهِ،
وَلاَ حَوْلَ
وَلاَ قُوَّةَ
إِلاَّ بِاللهِ
“Dengan nama Allah, aku hanya bertawakkal kepada Allah. Dan
tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.” (HR. Abu Dawud
4/325 dan At-Tirmidziy 5/490, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/151)
اللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَعُوْذُ
بِكَ أَنْ أَضِلَّ
أَوْ أُضَلَّ، أَوْ
أَزِلَّ أَوْ
أُزَلَّ، أَوْ
أَظْلِمَ أَوْ
أُظْلَمَ، أَوْ
أَجْهَلَ أَوْ
يُجْهَلَ عَلَيْهِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu (jangan sampai) aku
tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, berbuat zhalim atau
dizhalimi, berbuat kebodohan atau dibodohi.” (HR. Ash-haabus Sunan, lihat
Shahih At-Tirmidziy 3/152 dan Shahih Ibnu Majah 2/336)
10. Dzikir Masuk Rumah
Berkata Al-Imam An-Nawawiy, “Disukai bagi seseorang apabila
masuk ke rumahnya untuk mengucapkan bismillaah dan memperbanyak berdzikir
kepada Allah serta mengucapkan salam. Sama saja, apakah di rumah ada orang
ataupun tidak.”
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
فَإِذَا
دَخَلْتُمْ بُيُوتًا
فَسَلِّمُوا عَلَى
أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً
مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
مُبَارَكَةً طَيِّبَةً
“Maka apabila kalian memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah
(ini), hendaklah kalian memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi
salam) kepada diri kalian sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang
diberi berkah lagi baik.” (An-Nuur:61)
Dan berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam kepada Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, “Wahai anakku! Apabila kamu
masuk ke keluargamu maka ucapkanlah salam! Yang akan menjadi berkah bagimu dan
bagi keluargamu.” (HR. At-Tirmidziy no.2841, hadits hasan dengan syawahidnya,
lihat Shahih Kitab Al-Adzkaar wa Dha’iifuh 1/101)
Demikian juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Apabila seseorang masuk ke rumahnya, lalu berdzikir kepada Allah
(menyebut nama Allah) ketika memasukinya dan ketika makan, maka berkatalah
syaithan, “Tidak ada tempat menginap (bermalam) bagi kalian (yakni
teman-temannya dari bangsa jin-pent.) dan tidak ada makan malam.” Dan apabila
dia masuk (ke rumahnya) lalu tidak menyebut nama Allah ketika memasukinya, maka
berkatalah syaithan, “Kalian mendapatkan tempat menginap.” Dan apabila dia
tidak menyebut nama Allah ketika makan, maka berkatalah syaithan, “Kalian
mendapatkan tempat menginap dan makan malam.” (HR. Muslim no.2018 dari Jabir
bin ‘Abdillahradhiyallahu ‘anhu)
Adapun do’a masuk rumah dengan lafazh,
بِسْمِ
اللهِ وَلَجْنَا وَبِسْمِ اللهِ خَرَجْنَا ، وَعَلَى اللهِ رَبَّنَا تَوَكَّلْنَا
"Bismillahi walajnaa
wa bismillahi kharajnaa wa-alallaahi rabbina tawak-kalnaa"
Dengan nama Allah kami
masuk rumah, dengan nama Allah aku keluar rumah, serta kepada-Nya aku berserah
diri
maka ini adalah hadits dha’if sebagaimana dikatakan oleh
Asy-Syaikh Al-Albaniy dan Asy-Syaikh Salim. Lihat Shahih Kitab Al-Adzkaar wa
Dha’iifuh 1/101-103.
SUNNAH-SUNNAH BILA BERTEMU SESAMA MUSLIM
1. ucapkan salam : Rasulullah Saw ditanya : Islam yang
seperti apa yang lebih utama ? Beliau menjawab : memberi makan dan mengucapkan
salam pada orang yang kamu kenal dan orang yang tidak kamu kenal. (HR.Bukhari
dan Muslim).
Seseorang mendatangi Rasulullah lalu mengucapkan “السلام عليكم” Beliau menjawab dan orang itu duduk, Beliau bersabda :
Sepuluh, kemudian datang orang lain lalu mengucapkan “السلام
عليكم ورحمة
الله” Beliau menjawab dan orang itu duduk,
Beliau bersabda : Dua puluh, kemudian datang orang lain lalu
mengucapkan “السلام
عليكم ورحمة
الله وبركاته” Beliau
menjawab dan orang itu duduk, Beliau bersabda : tiga puluh. HR. Abu Daud dan At
Tirmidzi.
Maka perhatikan : betapa banyak pahala yang dihilangkan bila
ia tidak menjaga ucapan salam, kenapa tidak menyerpunakan ucapan salamnya
hingga ia akan mendapatkan tiga puluh kebaikan, dan satu kebaikan bila dihitung
minimal bernilai sepuluh kebaikan, maka jumlah keseluruhannya 300 kebaikan, dan
itu bias berlipat ganda.
Maka biasakanlah lidahmu untuk menyempurnakan ucapan salam,
hingga kamu mendapatkan pahala yang besar.
Seorang muslim dalam sehari semalam bisa mengucapkan salam
berkali-kali, dia ucapkan salam pada jema’ah ketika masuk masjid, ketika
berpisah dengan mereka, ketika masuk rumah dan ketika keluar rumah.
Dan jangan lupa saudaraku : sesungguhnya termasuk sunnah
bagi orang yang hendak berpisah dengan seseorang hendaknya mengucapkan salam
dengan sempurna, seperti terdapat dalam hadits “Bila seseorang masuk kedalam
majlis maka hendaknya mengucapkan salam, bila hendak berpisah maka lakukan
seperti salam yang anda ucapkan pertama kali” HR.Abu Daud dan At Tirmidzi.
Jumlah keseluruhan bila seseorang menjaga ucapan salam
ketika masuk dan keluar rumah dan masjid tidak kurang dari 20 kali, bahkan bisa
lebih ketika ia berangkat kerja ia mengucapkan salam ketika mendapati
orang dijalanan atau ketika ia menerima telepon.
2. Senyum : Rasulullah Saw bersabda : “Jangan pernah
menghina kebaikan sedikitpun walaupun sekedar tersenyum pada seseorang”
HR.Muslim.
3. Bersalaman : Rasulullah Saw bersabda : “Kedua orang
muslim yang bertemu kemudian bersalaman maka diampuni dosanya sebelum keduanya
berpisah” HR Abu Daud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Imam Nawawi berpendapat : ketahuilah bahwa bersalaman
dianjurkan pada setiap pertemuan (berjumpa).
Saudaraku yang baik : hendaklah anda menjaga untuk
bersalaman dengan orang yang mengucapkan salam padamu sambil tersenyum
didepannya, dengan itu dia telah menjalankan tiga sunnah dalam satu waktu.
4. Ucapan yang baik : Allah Swt berfirman : “dan katakanlah
(hai Muhammad) pada hamba-Ku hendaknya mereka berkata dengan yang lebih baik
….(Al Isra’ 53).
Dan Rasulullah Saw bersabda : “dan ucapan yang baik adalah
sedekah” HR.Bukhari dan Muslim.
Ucapan yang baik : mencakup dzikir, do’a, ucapan salam,
pujian yang jujur, akhlak yang baik.
Ucapan yang baik : bagaikan sihir yang mampu membuat manusia
tenang dan tuma’ninah terhadap dirinya.
Ucapan yang baik : merupakan tanda dari apa yang tersimpan
dalam hati seorang mukmin dari cahaya, hidayah dan kecerdasan.
Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا
مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat
tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka
berpisah.“[1]
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan berjabat tangan
ketika bertemu, dan ini merupakan perkara yang dianjurkan berdasarkan
kesepakatan para ulama[2], bahkan ini merupakan sunnah yang muakkad (sangat
ditekankan)[3].
Faidah-Faidah Penting yang Terkandung Dalam Hadits:
Arti mushaafahah (berjabat tangan) dalam
hadits ini adalah berjabat tangan dengan satu tangan, yaitu tangan kanan, dari
kedua belah pihak[4]. Cara berjabat tangan seperti ini diterangkan dalam banyak
hadits yang shahih, dan inilah arti “berjabat tangan” secara bahasa[5]. Adapun
melakukan jabat tangan dengan dua tangan adalah cara yang menyelisihi sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam[6].
Berjabat tangan juga disunnahkan ketika
berpisah, berdasarkan sebuah hadits yang dikuatkan oleh syaikh al-Albani[7].
Maka pendapat yang mengatakan bahwa berjabat tangan ketika berpisah tidak
disyariatkan adalah pendapat yang tidak memiliki dalil/argumentasi. Meskipun
jelas anjurannya tidak sekuat anjuran berjabat tangan ketika bertemu[8].
Berjabat tangan adalah ibadah yang
disyari’atkan ketika bertemu dan berpisah, maka melakukannya di selain kedua
waktu tersebut, misalnya setelah shalat lima waktu, adalah menyelisihi ajaran
Nabi, bahkan sebagian ulama menghukuminya sebagai perbuatan bid’ah[9]. Di
antara para ulama yang melarang perbuatan tersebut adalah al-’Izz bin
‘Abdussalam, Ibnu Hajar al-Haitami asy-Syafi’i, Quthbuddin bin ‘Ala-uddin
al-Makki al-Hanafi, al-Laknawi dan lain-lain[10].
Adapun berjabat tangan setelah shalat
bagi dua orang yang baru bertemu pada waktu itu (setelah shalat lima waktu,
pen), maka ini dianjurkan, karena niat keduanya adalah berjabat tangan karena
bertemu dan bukan karena shalat[11].
Mencium tangan seorang guru/ustadz ketika
bertemu dengannya adalah diperbolehkan, berdasarkan beberapa hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perbuatan beberapa orang sahabat radhiyallahu
‘anhum. Akan tetapi kebolehan tersebut harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
(a) Tidak menjadikan hal itu sebagai
kebiasaan, karena para sahabat radhiyallahu ‘anhum sendiri tidak sering
melakukannya kepada Rasuluillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlebih lagi
jika hal itu dilakukan untuk tujuan mencari berkah dengan mencium tangan sang
guru.
(b) Perbuatan itu tidak menjadikan sang
guru menjadi sombong dan merasa dirinya besar di hadapan orang lain, seperti
yang sering terjadi saat ini.
(c) Jangan sampai hal itu menjadikan kita
meninggalkan sunnah yang lebih utama dan lebih dianjurkan ketika bertemu, yaitu
berjabat tangan, sebagaimana keterangan di atas[12].
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A.
SUNNAH-SUNNAH KETIKA MAKAN
- Berdoa, sebelum makan
الَّلهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَـنَا، وَقِنَا عَذَابَ
الـنَّارِ
"Allahumma baarik
llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar"
"Ya Allah,
berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan
peliharalah kami dari siksa api neraka.”
dan sesudah makan
الْحَمْـدُ للهِ الَّذي أَطْعَمَنـي وَسَقَانَا وَجَعَلْنَا
مُسْلِمِينَ
"Alhamdu
lillahhil-ladzi ath-amanaa wa saqaana waja'alanaa muslimiin"
Segala puji bagi Allah
yang memberi kami makan dan minum serta menjadikan kami memeluk agama Islam
Jika kita lupa berdo'a pada awal makan hendaklah
mengucapkan: yang aryinya
"Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya". (HR.
Abu Dawud dan Tirmidzi)
-Makan dengan tangan kanan
- Makan makanan yang terdekat
Hadis riwayat Umar bin Abu Salamah
ra., ia berkata:
Ketika aku dalam asuhan Rasulullah saw., pada saat makan
tanganku terjulur hendak menjangkau talam lalu Rasulullah saw. bersabda
kepadaku: Hai anak muda! Sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu
dan makanlah makanan yang terdekat darimu. (Shahih Muslim No.3767)
- Dinginkanlah makanan, sesungguhnya yang panas-panas tidak
ada berkahnya. (HR. Al Hakim dan Ad-Dailami)
- Rasulullah Saw melarang orang meniup-niup makanan atau
minuman. (HR. Abu Dawud)
Keterangan:
Meniup-niup makanan dan minuman yang panas biasa dilakukan
dengan tujuan agar lekas dingin, dan hal ini dilarang oleh Nabi.. dan terbukti
dengan ilmu kedokteran sekarang bahwa itu tidak baik karena dikhawatirkan
mengandung berbagai bibit penyakit yang ditiupkan ke dalam makanan tersebut..
Hendaknya makanan atau minuman tersebut didiamkan saja atau didinginkan dengan
metode lainnya selain dengan meniup langsung dengan mulut, misalnya dengan fan
(kipas angin).
- Disunnahkan menjilati jari-jari dan talam serta memakan
suapan yang jatuh sesudah membersihkan kotoran yang mengenainya dan makruh
membersihkan tangan sebelum dijilati
Hadis riwayat Ibnu
Abbas ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila seseorang di antara kalian
memakan makanan, maka janganlah ia mengusap tangannya sebelum dijilati (untuk
membersihkan sisa makanan) atau menyuruh orang lain untuk menjilatinya. (Shahih
Muslim No.3787)
- Dianjurkan orang yang sedang makan merendahkan diri serta
sifat duduknya
Hadis riwayat
Anas bin Malik ra., ia berkata:
Aku pernah melihat Rasulullah saw. duduk bersimpuh sambil
memakan kurma. (Shahih Muslim No.3807)
- Tidak boleh mencela makanan
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. tidak pernah mencela makanan sama sekali.
Apabila beliau menyukai maka beliau memakannya dan kalau tidak menyukai maka
beliau tidak memakannya (tanpa mencela). (Shahih Muslim No.3844)
- Makan ketika lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang
sebagaimana anjuran Rasulullah saw “Makanlah hanya ketika
lapar, dan berhentilah makan sebelum kenyang.”
"Kita (Kaum Muslimin)adalah suatu kaum yang bila telah
merasa lapar barulah makan, dan apabila makan tidak hinga kenyang," sabda
Rasulullah SAW
"Orang yang paling kenyang makan di dunia akan menjadi
paling lama lapar pada hari kiamat." (HR. Al Hakim)
“Tidak ada satu wadah pun yang diisi oleh Bani Adam, lebih
buruk daripada perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap untuk memperkokoh
tulang belakangnya agar dapat tegak. Apabila tidak dapat dihindari, cukuplah
sepertiga untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya, dan sepertiga lagi
untuk nafasnya.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya yang
bersumber dari Miqdam bin Ma’di Kasib)
-Janganlah kamu memberi makanan yang kamu sendiri tidak suka
memakannya. (HR. Ahmad)
- Mengontrol makanan yang dimakan
Sesungguhnya termasuk pemborosan bila kamu makan apa saja
yang kamu bernafsu memakannya. (HR. Ibnu Majah)
- Larangan bagi orang yang makan bersama memakan sekaligus
dua buah kurma dan sebagainya dalam satu suapan kecuali dengan seizin
teman-temannya
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Pernah Ibnu Zubair memberi kami kurma. Ketika itu
orang-orang sedang ditimpa kesengsaraan. Pada saat kami tengah makan, tiba-tiba
Ibnu Umar ra. lewat. Beliau menegur: Jangan kalian memakan dua kurma sekaligus.
Karena sesungguhnya Rasulullah saw. telah melarang perbuatan demikian, kecuali
seseorang minta izin lebih dahulu kepada teman makannya. (Shahih Muslim
No.3809)
- Apabila diserukan untuk makan malam lalu terdengar suara
azan oleh muazin maka dahulukan makan malam. (Abu Hanifah)
Keterangan:
Hal ini berlaku khusus untuk shalat Isya karena waktunya
panjang.
- Keutamaan saling membantu dalam makanan sedikit dan bahwa
makanan dua orang cukup untuk tiga orang dan seterusnya
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Makanan dua orang itu cukup untuk
tiga orang dan makanan tiga orang cukup untuk empat orang. (Shahih Muslim
No.3835)
Hidangan makanan untuk dua
orang seharusnya cukup untuk tiga orang dan makanan untuk tiga orang cukup
untuk empat orang. (HR. Bukhari)
- Barangsiapa makan bawang putih atau bawang merah hendaklah
menjauhi kita atau menjauhkan diri dari masjid kita dan sebaiknya tinggal di
rumahnya. (HR. Bukhari)
Keterangan:
Sesungguhnya malaikat merasa terganggu dengan bau bawang
merah dan bawang putih sebagaimana manusia pun merasa terganggu dengan bau
tersebut. Namun jika bau tersebut bisa hilang, misalnya dengan gosok gigi
dengan pasta gigi atau berkumur dengan zat penghilang bau, maka diperbolehkan
untuk ke masjid dan berkumpul dengan kaum muslimin lainnya.
- Boleh sebagian orang yang menghadapi hidangan
mempersilakan sebagian yang lain meskipun mereka semua sebagai tamu kalau
memang pemilik makanan tidak berkeberatan
· Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Seorang penjahit mengundang Rasulullah saw. untuk menghadiri
suatu jamuan makan. Kata Anas: Aku berangkat bersama Rasulullah saw. menghadiri
jamuan makan tersebut. Kepada Rasulullah saw. tuan rumah menghidangkan roti
dari gandum serta kuah berisi labu dan dendeng. Anas berkata: Aku melihat
Rasulullah saw. mencari labu dari seputar mangkuk kuah itu. (Shahih Muslim
No.3803)
- mencuci tangan dengan bersih sesudah makan
Barangsiapa tidur dan tangannya masih berbau atau masih ada
bekas makanan dan tidak dicucinya lalu terkena sedikit gangguan penyakit kulit
maka janganlah menyalahkan kecuali dirinya sendiri. (HR. Ibnu Hibban dan Abu
Dawud)
- Makan makanan yang halal
Rasulullah saw bersabda: Wahai Sa'ad, perbaikilah
(murnikanlah) makananmu, niscaya kamu menjadi orang yang terkabul do'anya. Demi
yang jiwa Muhammad dalam genggamanNya. Sesungguhnya seorang hamba melontarkan
sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya maka tidak akan diterima amal
kebaikannya selama empat puluh hari. Siapapun yang dagingnya tumbuh dari yang
haram maka api neraka lebih layak membakarnya. (HR. Ath-Thabrani)
Allah juga berfirman dalam surat Al Baqarah 172: "Hai
orang-orang yang beriman makanlah di antara rezeki yang baik-baik."
Kemudian Rasulullah menyebut seorang yang melakukan
perjalanan jauh, rambutnya kusut dan wajahnya kotor penuh debu menadahkan
tangannya ke langit seraya berseru: "Ya Robbku, Ya Robbku", sedangkan
makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dia diberi makan dari
yang haram pula. Jika begitu bagaimana Allah akan mengabulkan doanya? (HR.
Muslim)
Berikut adalah adab makan Rasululloh SAW:
* Rasulullah SAW menyukai dlafaf – makanan yang banyak
tangan memakannya
* Membaca doa yang bermaksud :- ‘Dengan nama Allah, Ya Allah
Ya Tuhanku, jadikanlah hidangan ini nikmat yang disyukuri yang sampai nikmat
syurga ke atas nya.’
* Makan cara hamba - semasa duduk makan, baginda merapatkan
antara kedua lututnya dan antara kedua tapak kakinya – tapak kaki kanan di atas
tapak kaki kiri.
* Tidak memakan makanan yang sangat panas karena tidak (ada)
berkah (diumpamakan memakan api).
* Tidak makan dengan dua anak jari karena cara demikian
adalah cara makan syaitan.
* Menyukai kueh faludzaj – ramuan – minyak samin, madu
lebah, tepung gandum.
* Menyukai roti syair, mentimun dan ruthab (kurma yang belum
kering) ditambah dengan garam.
* Menyukai anggur dan semangka dimakan bersama roti dan gula
atau ruthab.
* Makan ruthab dengan tangan kanan dan biji di tangan kiri
baginda diberi makan kepada kambing yang lalu lalang di tempat baginda makan.
* Makan anggur dengan memegang tangkainya sehingga air
anggur kelihatang pada janggutnya seperti benang mutiara.
* Menyukai susu dengan tamar (al-athyabin – dua yang
terbaik)
* Menggemari daging – penghulu makanan di dunia dan di
akhirat – khasiat menguatkan pendengaran.
* Menyukai roti berkuah dengan daging dan buah labu dan
bersabda bahwa labu itu adalah pohon Nabi Allah Yunus a.s. Pernah menyarankan
Aisyah ra memasak gulai dengan membanyakkan labu – akan menguatkan hati orang
yang berduka ***untuk yang ini, saya belum temukan hadits mengenai makan
labu***
* Menyukai daging burung (tetapi tidak pula ikut menangkap
burung).
* Tidak menundukkan kepala saat makan daging burung tetapi
mengangkatkan daging ke mulutnya dan menggigitnya.
* Menyukai roti dengan minyak samin.
* Menggemari daging kambing – bagian lengan dan bahu, Kurma
madinah (al-ajwah – berasal dari syurga) – penawar racun dan sihir - adalah
antara yang paling digemari di kalangan tamar.
* Sayur-sayuran yang digemari baginda pula adalah al-handaba,
al-badzaruj dan al-hamqa’/ar-rajlah.
* Tidak menyukai bagian daging spt. buah pinggang, zakar dan
biji zakar, ghudad, darah, empedu dll. ***ini berarti Rasululloh SAW tidak suka
jeroan…***
* Tidak menyukai bawang putih, bawang merah dan daun bawang prei
(al-kurrats) .
* Tidak pernah mencela makanan – kalau disukai, dimakan –
kalau tidak disukai, ditinggalkan.
* Tidak menggemari dhab.
* Suka menghabiskan sisa makanan dengan anak jarinya –
makanan yang penghabisan banyak barakahnya.
* Menjilat sisa makanan pada anak jari – yang tidak
diketahui makanan mana yang paling berkat.
* Tidak menyapu dengan sapu tangan.
* Selesai makan – dibaca ‘Segala puji-pujian bagi Allah. Ya
Allah Ya Tuhanku, bagiMu segala pujian. Engkau anugerahkan makanan, maka Engkau
anugerahkan kekenyangan. Engkau anugerahkan kepuasan (kehilangan haus). Bagi
Engkau segala pujian yang tidak dimungkiri keutamaannya, yang tidak
ditinggalkan dan yang diperlukan kepadanya’
* Membasuh tangan dan menyapu sisa air ke muka.
* Minum dengan tiga kali teguk dan dibaca sebelum setiap
teguk : Bismillah - dan selepas setiap teguk : Alhamdulliah.
* Minum senafas dan tidak bernafas dalam bekas minuman yang
diminum melainkan semasa menghisap.
* Memberikan kelebihan air kepada orang yang lebih mulia
kedudukannya baik di sisi di kiri atau di kanan baginda dan bersabda kepada
orang yang tidak mendapat air bahwa sunat mengutamakan (orang yang lebih mulia
kedudukannya).
* Tidak menyukai air susu dan madu diminum bersama karena
tidak melambangkan tawaddak.
* Pemalu dalam perihal makan – tidak meminta kepada keluarga
baginda makanan/minum – tetapi kalau diberi, baginda makan atau minum.
Kadangkala bangun sendiri untuk mendapatkan makanan/minuman.
SUNNAH-SUNNAH KETIKA MINUM
Beberapa adab minum yang dicontohkan oleh
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam antara lain:
Meniatkan minum untuk dapat beribadah
kepada Allah agar bernilai pahala.Segala perkara yang mubah dapat bernilai
pahala jika disertai dengan niat untuk beribadah. Wahai ibu, maka niatkanlah
aktivitas minum kita dengan niat agar dapat beribadah kepada Allah. Dan
janganlah lupa memberitahukan anak tentang hal ini.
Memulai minum dengan membaca
basmallah.Diantara sunnah Nabi adalah mengucapkan basmallah sebelum minum. Hal
ini berdasarkan hadits yang memerintahkan membaca ‘bismillah’ sebelum makan.
Bacaan bismillah yang sesuai dengan sunnah adalah cukup dengan bismillah tanpa
tambahan ar-Rahman dan ar-Rahim.
Dari Amr bin Abi Salamah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anakku, jika engkau hendak makan
ucapkanlah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang
berada di dekatmu.” (HR Thabrani dalam Mu’jam Kabir)
Dalam silsilah hadits shahihah, 1/611
Syaikh al-Albani mengatakan, “Sanad hadits ini shahih menurut persyaratan Imam
Bukhari dan Imam Muslim)Wahai ibu, jangan lupa untuk mengingatkan anak-anak
kita untuk membaca ‘bismillah’ ketika hendak minum, agar setan tidak ikut serta
menikmati makanan dan minuman yang sedang kita konsumsi.
Minum dengan tangan kanan.Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Jika salah seorang dari kalian hendak
makan, hendaklah makan dengan tangan kanan. Dan apabila ingin minum, hendaklah
minum dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan
minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)Ajarkanlah pada si kecil untuk selalu
menggunakan tangan kanan ketika makan dan minum. Seringkali si kecil lupa
meskipun telah kita ajari, apalagi ketika menyantap makanan ringan (snack)
bersama teman mainnya. Nah, saat kita melihatnya, ingatkanlah ia. Janganlah
bosan dan merasa jemu untuk mengingatkan anak kita. Insyaa Allah jika kita
melakukannya dengan ikhlas mengharap ridha Allah, Allah akan mengganti usaha
kita tersebut dengan pahala.
Tidak bernafas dan meniup air
minum.Termasuk adab ketika minum adalah tidak bernafas dan meniup air minum.
Ada beberapa hadits mengenai hal ini:Dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Jika kalian minum maka janganlah bernafas dalam wadah air
minumnya.” (HR. Bukhari no. 5630 dan Muslim no. 263)
Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk bernafas atau meniup wadah air
minum.” (HR. Turmudzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728, hadits ini dishahihkan
oleh Al-Albani).Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi mengatakan, “Larangan
bernafas dalam wadah air minum adalah termasuk etika karena dikhawatirkan hal
tersebut mengotori air minum atau menimbulkan bau yang tidak enak atau
dikhawatirkan ada sesuatu dari mulut dan hidung yang jatuh ke dalamnya dan
hal-hal semacam itu.
Dalam Zaadul Maad IV/325 Imam Ibnul
Qayyim mengatakan, “Terdapat larangan meniup minuman karena hal itu menimbulkan
bau yang tidak enak yang berasal dari mulut. Bau tidak enak ini bisa
menyebabkan orang tidak mau meminumnya lebih-lebih jika orang yang meniup tadi
bau mulutnya sedang berubah. Ringkasnya hal ini disebabkan nafas orang yang
meniup itu akan bercampur dengan minuman. Oleh karena itu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dua hal sekaligus yaitu mengambil nafas
dalam wadah air minum dan meniupinya.
Bernafas tiga kali ketika minum.Dari Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau mengatakan, “Ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam minum beliau mengambil nafas di luar wadah air minum sebanyak
tiga kali.” Dan beliau bersabda, “Hal itu lebih segar, lebih enak dan lebih
nikmat.”
Anas mengatakan, “Oleh karena itu ketika
aku minum, aku bernafas tiga kali.” (HR. Bukhari no. 45631 dan Muslim no.
2028). Yang dimaksud bernafas tiga kali dalam hadits di atas adalah bernafas di
luar wadah air minum dengan menjauhkan wadah tersebut dari mulut terlebih
dahulu, karena bernafas dalam wadah air minum adalah satu hal yang terlarang
sebagaimana penjelasan di atas.
Larangan minum langsung dari mulut
teko/ceret.Dari Abu Hurairah, beliau berkata, “Rasulullah melarang minum
langsung dari mulut qirbah (wadah air yang terbuat dari kulit) atau wadah air
minum yang lainnya.” (HR Bukhari no. 5627).
Menurut sebagian ulama minum langsung
dari mulut teko hukumnya adalah haram, namun mayoritas ulama mengatakan
hukumnya makruh. Ketahuilah wahai para ibu muslimah, yang sesuai dengan adab
islami adalah menuangkan air tersebut ke dalam gelas kemudian baru
meminumnya.Dari Kabsyah al-Anshariyyah, beliau mengatakan, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke dalam rumahku lalu beliau minum dari
mulut qirbah yang digantungkan sambil berdiri. Aku lantas menuju qirbah
tersebut dan memutus mulut qirbah itu.” (HR. Turmudzi no. 1892, Ibnu Majah no.
3423 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Hadits ini menunjukkan bolehnya minum
dari mulut wadah air. Untuk mengkompromikan dengan hadits-hadits yang melarang,
al-Hafidz Ibnu Hajar al-Atsqalani mengatakan, “Hadits yang menunjukkan bolehnya
minum dari mulut wadah air itu berlaku dalam kondisi terpaksa.” Mengompromikan
dua jenis hadits yang nampak bertentangan itu lebih baik daripada menyatakan
bahwa salah satunya itu mansukh (tidak berlaku).”(Fathul Baari, X/94)
Minum dengan posisi duduk.Terdapat hadits
yang melarang minum sambil berdiri. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Janganlah kalian minum sambil berdiri. Barang siapa lupa sehingga
minum sambil berdiri, maka hendaklah ia berusaha untuk memuntahkannya.” (HR.
Ahmad no 8135)
Namun disamping itu, terdapat pula hadits
yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam minum sambil berdiri.
Dari Ibnu Abbas beliau mengatakan, “Aku memberikan air zam-zam kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau lantas minum dalam
keadaan berdiri.” (HR. Bukhari no. 1637, dan Muslim no. 2027)Dalam hadits yang
pertama Rasulullah melarang minum sambil berdiri sedangkan hadits kedua adalah
dalil bolehnya minum sambil berdiri. Kedua hadits tersebut adalah shahih. Lalu
bagaimana mengkompromikannya?
Mengenai hadits di atas, ada ulama yang
berkesimpulan minum sambil berdiri diperbolehkan, meski yang lebih utama adalah
minum sambil duduk. Diantara ulama tersebut adalah Imam Nawawi dan Syaikh
Utsaimin. Meskipun minum sambil berdiri diperbolehkan, namun yang lebih utama
adalah sambil duduk karena makan dan minum sambil duduk adalah kebiasaan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Minum sambil berdiri tidaklah haram akan tetapi
melakukan hal yang kurang utama.
Menutup bejana air pada malam
hari.Biasakan diri kita untuk menutup bejana air pada malam hari dan jangan
lupa mengajarkan anak kita tentang hal ini. Sebagaimana hadits dari Jabir bin
Abdillah, ia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda,
“Tutuplah bejana-bejana dan wadah air.
Karena dalam satu tahun ada satu malam, ketika ituturun wabah, tidaklah ia
melewati bejana-bejana yang tidak tertutup, ataupun wadah air yang tidak diikat
melainkan akan turun padanya bibit penyakit.”(HR. Muslim)
Puas dengan minuman yang ada dan tidak
mencelanya.
Ajarkan pula kepada anak, bahwa kita
tidak boleh mencela makanan walaupun kita tidak menyukainya.
SUNNAH-SUNNAH DALAM BERPERGIAN
Bepergian suatu hal yang tak dapat dihindari oleh setiap
manusia. Baik bepergian untuk mencari rizki, silaturrahim pada keluarga, atau
ibadah haji dan umroh. Agar bepergian kita lebih bermana dan memiliki pahala
yang mulia di sisi Allah swt, maka kita dianjurkan melakukan adab-adabnya,
yaitu:
• Pertama: Istikharah. Sangat dianjurkan bagi setiap muslim
yang akan bepergian, terutama untuk haji atau umrah, melakukan Istikharah. Doa
yang paling utama dibaca dalam Istikharah adalah:
اَسْتَخِيْرُ اللهَ بِرَحْمَتِهِ خِيَرَةً فِي
عَافِيَةٍ
Astakhîrullâha bi rahmatihi khiyaratan fî ‘âfiyatin.
Aku memohon pilihan kepada Allah dengan rahmat-Nya pilihan
dalam keselamatan.
• Pertama: Washiyat. Dianjurkan untuk setiap orang yang akan
bepergian, terutama untuk haji, agar menyampaikan wasiat kepada keluarganya.
Wasiat itu bisa berkenaan dengan urusan yang harus dilakukan, kewajiban, atau
utang piutang. Ia juga dapat menyampaikan amanat yang harus dilakukan oleh
anggota keluarganya.
• Kedua: Pemberitahuan. Nabi saw bersabda: “Apabila seorang
muslim akan bepergian, ia harus memberitahukan saudara-saudaranya. Begitu pula
wajib bagi saudara-saudaranya menemui ketika ia kembali.”
• Ketiga: Bersedekah. Hendaknya bersedekah sebelum bepergian
untuk memperoleh keselamatan dan bersedekah lagi ketika kembali sebagai
ungkapan syukur. Setelah bersedekah ucapkan doa ini:
اَللَّهُمَّ اِنِّي اِشْتَرَيْتُ بِهَذِهِ الصَّدَقَةِ سَلاَمَتِي وَسَلاَمَةَ سَفَرِي وَمَامَعِي.
اَللَّهُمَّ احْفَظْنِي وَاحْفَظْ مَامَعِي، وَسَلِّمْنِي وَسَلِّمْ مَامَعِي وَبَلِّغْنِي وَبَلِّغْ مَامَعِي بِبَلاَغِكَ الْحَسَنِ الْجَمِيْل
Allâhumma innî isytaraytu bi hâdzi-hish shadaqati salâmatî
wa salâmata safarî wamâ ma’î, Allâhumma wahfazhnî wahfazh mâ ma’î wa sallimnî
wa sallim mâ ma’î wa ballighnî wa balligh mâ ma’î bi baghikal hasanil jamîl.
Ya Allah, aku membeli dengan sedekah ini keselamatanku dan
keselamatan per-jalananku dan apa saja yang bersamaku. Selamatkan aku dan
selamatkan yang bersamaku. Sampaikan aku dan yang bersamaku dengan cara
penyampaianmu yang indah dan baik.
• Keempat: Mandi sunnah dan lakukan shalat Safar dua rakaat.
Rakaat pertama, setelah Al-Fatihah baca Surat Al-Ikhlash. Rakaat kedua setelah
Al- Fatihah baca Surat Al-Qadar. Setelah shalat, sujudlah lalu baca doa berikut
(100 kali):
اَسْتَخِيْرُ اللهَ بِرَحْمَتِهِ خِيَرَةً فِي
عَافِيَةٍ
Astakhîrullâha bi-rahmatihi khiyara-tan fî ‘âfiyatin.
Aku memohon pilihan kepada Allah dengan rahmat-Nya pilihan
dalam keselamatan.
Kemudian membaca: Ayat Kursi, tahmid, dan shalawat kepada
Nabi saw
dan keluarganya. Kemudian membaca doa ini:
اَللَّهُمَّ اِنِّي اَسْتَوْدِعُكَ نَفْسِي وَاَهْلِي وَمَالِي وَذُرِّيَّتِي وَدُنْيَايَ وَآخِرَتِي وَاَمَانَتِي وَخَاتِمَةَ اَعْمَالِي
Allâhumma innî astauwdi`uka nafsî wa ahlî wa mâlî wa dzurriyyatî
wa dun-yâya wa âkhiratî wa amânatî wa khâtimata a`malî.
Ya Allah, aku titipkan kepadamu diriku, keluargaku, hartaku,
keturunanku, duniaku dan hartaku, amanatku, dan penutup amalku.
Baca juga Surat Al-Fatihah, Al-Falaq, Al-Nas, AL-Qadar, ayat
kursi dan akhir surat Ali-Imran dimulai dari Inna fi Khalqis samawati wal ardhi
.
• Kelima: Ketika keluar rumah bacalah: Tasbih Az-Zahra’,
Surat Fatihah, ayat Kursi, kemudian baca doa ini:
اَللَّهُمَّ اِلَيْكَ وَجَّهْتُ وَجْهِي، وَعَلَيْكَ خَلَّفْتُ اَهْلِي وَمَالِي وَمَاخَوَّلْتَنِي، وَقَدْ وَثِقْتُ بِكَ فَلاَتُخَيِّبْنِي يَا مَنْ
لاَيُخَيِّبُ مَنْ
اَرَادَهُ وَلاَيُضَيِّعُ مَنْ حَفِظَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَاحْفَظْنِي فِيْمَا غِبْتُ عَنْهُ وَلاَتَكِلْنِي اِلَى نَفْسِي يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Allâhumma ilayka wajjahtu wajhî, wa ‘alayka khallaftu ahlî
wa mâli wamâ khawwaltanî, wa qad wa-tsiqtu bika falâ tukhayyibnî yâ man lâ
yukhayyibu man arâdahu walâ yudhayyi’u man hafizhahu. Allâhumma shalli `alâ
Muhammadin wa âlihi wahfazhnî fîmâ ghibtu`anhu walâ takilnî ilâ
nafsî yâ Arhamar râhimîn.
Ya Allah, kepada-Mu kuhadapkan wajahku; kepada-Mu
kutinggalkan keluargaku, hartaku, dan apa yang telah Kau anugerahkan kepadaku.
Sungguh aku mempercayai-Mu, maka jangan kecewakan aku wahai Yang Tidak Mengecewakan
orang yang berkendak kepada-Nya, dan Yang Tidak Menyia-nyiakan orang yang
dipelihara-Nya. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya,
dan peliharalah aku selama pepergianku serta jangan serahkan aku kepada diriku
wahai Yang Mahakasih dari segala yang mengasihi.
• Keenam: Ketika mengendarai kendaraan, bacalah doa berikut
ini:
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَاكُنَّالَهُ مُقْرِنِيْنَ
Subhânalladzî sakhkhara lanâ hâdzâ wamâ kunnâ lahu muqrinîn.
Mahasuci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami
padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. (Az-Zukhruf: 13).
Kemudian membaca zikir ini:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ اِلَهَاِلاَّ اللهُ
Subhânallâh wal-hamdulillâh wa lâ ilâha illâh
• Ketujuh: Sepanjang perjalanan perbanyaklah Zikir
(kitab Mafatihul Jinan, bab 2, halaman 303)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar